Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang kohoren dari hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2. Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 2.4)
Gambar 2.4. Percobaan cermin Fresnell
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada layar tampak pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah tersebut.
Gambar 2.5. Percobaan dua celah oleh Young
Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua celah, perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.
Pada Gambar 2.6, tampak bahwa lensa
kolimator menghasilkan berkas sejajar. Kemudian, berkas cahaya tersebut
melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga S1 dan S2 dapat dipandang sebagai dua sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua cahaya digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya (S2A – S1A) disebut beda lintasan.
………………………………….2.2
Gambar 2.6. Percobaan Interferensi Young
Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS = S2B. Berdasarkan segitiga S1S2B, diperoleh , dengan d adalah jarak antara kedua celah. Selanjutnya, pada segitiga COA, .
Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan . Untuk θ kecil, berarti p/l kecil atau p< sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya dari sumber S2 dan S1 akan memenuhi persamaan berikut ini.
…………………………………………2.3
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.
ΔS = mλ ……………………………………………………2.4
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi
…………………………………………………2.5
dengan d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.
ΔS = mλ ……………………………………………………2.4
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi
…………………………………………………2.5
dengan d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
Interferensi pada Lapisan Tipis
Dalam keseharian Anda sering mengamati
garis-garis berwarna yang tampak pada lapisan tipis bensin atau oli yang
tumpah di permukaan air saat matahari menyoroti permukaan oli tersebut.
Di samping itu, Anda tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga
terjadi gelembung. Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat
warna-warni.
Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi cahaya
pada lapisan tipis air sabun. Interferensi ini terjadi pada sinar yang
dipantulkan langsung dan sinar yang dipantulkan setelah dibiaskan.
Interferensi antar gelombang yang dipantulkan oleh lapisan atas dan
yang dipantulkan oleh lapisan bawah ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Interferensi pada selaput tipis
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar pantul ke-1 dan sinar pantul ke-2 adalah
ΔS = S2 – S1 = n(AB + BC) – AD = n(2AB) – AD ………………………2.8
ΔS = S2 – S1 = n(AB + BC) – AD = n(2AB) – AD ………………………2.8
dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.
Jika tebal lapisan adalah d, diperoleh d = AB cos r sehingga AB = d/cos r dan AD = AC sin i, dengan AC = 2d tan r. Dengan demikian, persamaan (2.8) menjadi:
Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r ……………………………………….2.9
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus merupakan kelipatan dari panjang gelombang (λ), tetapi karena sinar pantul di B mengalami perubahan fase , ΔS menjadi
……………………………………2.10
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi persamaan berikut.
= 2.11
Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r ……………………………………….2.9
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus merupakan kelipatan dari panjang gelombang (λ), tetapi karena sinar pantul di B mengalami perubahan fase , ΔS menjadi
……………………………………2.10
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi persamaan berikut.
= 2.11
dengan n = indeks bias lapisan tipis
d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar
d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar